Sebagaimana tumbuhan, amalpun terancam hama. Riya (beramal untuk dilihat), ujub (kagum diri), sum'ah (beramal untuk populer/didengar), mann (membangkit-bangkit pemberian) adalah hama yang akan memusnahkan amal. Seorang aktifis yang mampu berkorban dengan semua yang dimilikinya harus mengimunisasi amalnya agar saat hari perjumpaan kelak tak kecewa karena amalnya menjadi Haba-an mantsura (debu yang berterbangan).
"Mereka membangkit-bangkit kepadamu keislaman mereka (sebagai jasa). katakanlah : Jangan kalian bangkit-bangkit keislaman kalian kepadaku, bahkan sesungguhnya Allah-lah yang telah memberi karunia besar kepadamu karena Ia telah membimbing kalian untuk beriman, jika kalian adalah orang-orang yang benar". QS. 49 :17. Tidak serta merta rasa beban berat dalam beramal berubah jadi kesukaan. kata kuncinya terletak pada : Pemaksaan, Pembiasaan dan akhirnya menjadi Irama Hidup. Junaid Albaghdadi mengatakan : "selama 40 tahun kusembah Allah, ditahun ke 40 otulah baru kutemukan lezatnya."
Pelipat gandaan kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan para sahabat tak dapat dikejar generasi manapun. bayangkan, hanya dalam dua dekade saja telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada pola sikap, pandangan hidup dan tradisi bangsa arab dan bangsa-bangsa muslim lainnya. Kerja besar taghyir (perubahan) ini sukses seperti ungkapan Sayyid Quthb dalam Maalim fit Tharriq berkat komitmen mereka yang menuntut ilmu bukan sekedar untuk mengoleksi ilmu, putus dari jahiliyah kemarin dan menghayati hidup baru dalam Islam, tanpa keinginan sedikitpun untuk kembali ke kancah jahiliyah dan bersiap siaga menunggu komando Al Qur'an seperti prajurit siaga menunggu aba-aba komandan.
sumber : Untukmu kader Dakwah; Ust. Rahmat Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar